Oleh : Zaehol Fatah
(Dosen Biasa Universitas Ibrahimy, Kaum S3TV)
Angkasa Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo yang ditempati santri belajar 20 ribu lebih meraung-raung, pesawat tempur dan helikopter menampakkan keperkasaan sebagai mesin perang. Para tentara tumblek-blek berada di tanah Harimau yang dahulu dibuat takluk dan patuh oleh KHR. Syamsul Arifin dan KHR. As’ad Syamsul Arifin, binatang buas yang menjelma jadi sahabat yang menjaga pesantren, menjadi binatang humanis, beperan sebagai taring harimau dalam sejarah kemanusiaan. Para abdhi negara jiwa korsa ini sedang Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2023 untuk berlatih kemampuan menjaga NKRI.
Sementara itu, layaknya situasi bayang-bayang perang, Temu Inklusi Nasional #5 digelar di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah dalam tanggal 31 Juli sampai dengan 2 Agustus 2023. Dengan melihat 700an disabilitas yang hadir, terbayang kembali bahwa perang memang tidak layak tumbuh di muka bumi ini, karena dengan perang banyak orang menderita dan terlantar bahkan mati percuma, ada juga yang menjadi difabel bukan dari lahir, tapi ditimbulkan oleh ketamakan-angkara manusia, atas nama kepentingan penjajahan dan penghilangan kemanusiaan.
Taruhlah kisah perang Badar yang membela hak-hak dan kehormatan kaum muslimin dari keberingasan kaum Quraisy aliran petang, Ada juga perang Paregreg, perang saudara di era Majapahit. Pada saat Hiroshima dan Nagasaki dibom nuklir luluh lantak karena buah keilmuan Albert Einstein yang menelorkan Bom Atom, atau perang Padri saat Imam Bonjol, atau Perang Diponegoro untuk membela kehormatan, melawan kehinaan dan menjunjung martabat Ibu Pertiwi dari ambisius pejajah Belanda.
Sebentar lagi, rakyat Indonesia akan merayakan kemerdekaan Republik ini ke-78. Serasa ingatan perang kemerdekaan 350-an tahun terasa menggigit perasaan, dan mencabik-cabik jiwa. Merdeka lahir batin dari semua penindasan merupakan anugerah tak terhitung dan wajib disyukuri, karena dengan merdeka Indonesia menjadi sajadah kehidupan kaum beragama untuk beribadah dan bertoleransi.
Baginda Nabi Muhâmmâd saw. telah memberikan contoh kongkrit, bagaimana beliau hadir dan berkehidupan dengan memberikan peran dan tugas pada sahabat disabilitas. Ada Abdullah bin Mas’ud difabel fisik yang pemberani, menjadi penghafal Al Hadist, penghafal dan penafsir Al-Qur’an yang sekaligus menjadi guru. Disebut pula difabel netra sang muadzin Shubuh Abdullah bin Ummi Maktum. Disebut pula Difabel hidung karena perang Aefajah bin Sa’ad dengan perhatian diminta oleh Baginda Nabi Muhâmmâd saw. menggunakan hidung emas agar menjadi kebaikan, dan tidak busuk secara medis.
Tidak sedikit, ilmuan difabel yang menginspirasi dan punya peran. Thomas Alva Edison merupakan penemu lampu pijar, memiliki 1.000 hak paten, memiliki keterbatasan mental tidak bisa membaca sampai usianya 12 tahunan. Bahkan tokoh pluralisme Gus Dur mengalami disabilitas glaukoma yang membatasi kemampuan penglihatannya.
Difabel fisik dan organ tubuh hadir dalam pentas kehidupan untuk memberikan pemikiran, tindakan kasih sayang nyata dan hikmah dalam persaudaraan kemanusiaan. Difabel fisik dan organ tubuh justru memberikan pembelajaran bahwa manusia haruslah melahirkan kebersamaan dan saling tolong menolong, gotong royong serta memberikan peran yang sama pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Namun di sisi lain yang wajib diwaspadai walaupun sempurna fisik, difabel ruhani, disabilitas ketulusan lebih berbahaya dalam kehidupan perjalanan di republik ini. Karena disabilitas-disabilitas inilah yang akan menggiring masyarakat masuk kepada ketamakan, individualisme, keterkoyakan dengan pembangunan melalui monopoli, atau korupsi. Difabel kejujuran, difabel giat, difabel Ikhlas, difabel akhlak justru menjadi ancaman laten dan dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar yaitu rusaknya tatanan dunia nyata atau digital.
Puji Tuhan YME., yang memberikan kasih sayang antar makhluknya, belajar memanusiakan manusia kepada sahabat difabel merupakan jalan damai dan bemanfaat untuk Bumi yang kian menua ini.
Jabatan dan gelar apapun akan menjadi afkir bila tak mampu mendorong nilai-nilai kemanusiaan dan keadaban. Sahabat difabel mari sambut hari-hari esok inklusif dengan harapan dan keyakinan bahwa hidup ini akan lebih bermanfaat dan mampu berkarya. Selamat bermusyawarah Nasional sahabat-sahabat Difabel. I love you all, and God bless you.
Alhamdulillah, tulisan kuat Dan terasa hidup,,,,
Sukses untuk INKLUSI di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo… Aamiiin yra
Subhanallah, tabarokallah 🤲🏻
MasyaAllah…artikel yang sangat menginspirasi. Difabel bukan sebuah kekurangan👍
Sangat menginspirasi…artikel luar biasa
Barakallah